urbanfolknews.com – Di Jepang, umur panjang udah bukan hal yang biasa. Tahun ini, angka itu resmi pecah rekor, mencapai 100 ribu orang berusia 100 tahun ke atas. Mayoritas? Tentu aja perempuan.
Tapi ini cuman angka statistik. Di balik angka centenarian, Jepang lagi melahirkan satu mesin ekonomi baru: longevity economy. Industri yang berdiri di atas gaya hidup lansia super, dari perawatan kesehatan sampai pariwisata ramah usia.
Robot jadi caretaker
Tenaga perawat mulai minim, tapi Jepang enggak panik. Solusinya: robot. Ada robot pengangkat pasien, alat bantu jalan canggih, sampai pendamping emosional berbentuk boneka interaktif. Kalau di negara lain robot masih dianggap sci-fi, di Jepang mereka udah jadi tenaga medis tambahan.
Wisata tanpa tangga
Pariwisata juga ikutan bertransformasi. Bayangin paket jalan-jalan khusus senior lengkap dengan hotel tanpa tangga. Ada juga kursi lipat di setiap halte, sampai jalur transportasi publik yang lansia-able. Jepang menjual dirinya sebagai destinasi senior-friendly tourism, dan pasar globalnya serius banget.
Konsumen baru dan dompet tebal
Lansia di Jepang bukan lagi stereotip ‘pasrah menunggu cucu pulang’. Mereka aktif, konsumtif, dan punya daya beli. Dari suplemen nutrisi, alat mobilitas, sampai komunitas hiburan eksklusif, semua jadi lini bisnis baru. Umur panjang = pasar panjang.
Bayangan untuk negara lain
Tentu ada problem dari longevity economy. Biaya kesehatan meledak, pekerja produktif makin menipis, dan enggak semua lansia bisa menikmati umur panjang dengan sehat. Tapi Jepang kasih gambaran masa depan buat negara lain, termasuk Indonesia, yang populasinya juga makin menua.
Penulis: Adya Shiva Az-Zahra
Editor: Ridho